Jika ada yang bertanya pada saya “pernahkah anda membayangkan menjadi seperti sekarang ini? Jawab saya adalah tidak. Bahkan dulu keinginan saya ketika remaja adalah melanjutkan sekolah di luar negeri menyusul saudara yang lebih dahulu tinggal di Belanda. Tapi apa daya, Tuhan lebih mencintai ayah saya untuk segera kembali pada-Nya. Walhasil, saya pun “beralih profesi” sebagai pengusaha batik menggantikan ayah meskipun usaha itupun tidak bertahan lama.
Kegagalan itu saya jadikan sebagai pacuan dan motivasi saya untuk lebih baik lagi. Hingga Tuhan memberi saya kesempatan untuk mengelola bisnis teman berlabel Candi di Jl.Ir. H. Juanda 150, Solo pada tahun 1986 sebagai peraduan usaha terakhir hingga saat ini. Memang bisnis tidak besar, tapi cukuplah untuk membuat dapur rumah saya tetap ngebul.
Sebagai orang yang berusaha menghidupi keluarga dengan berkecimpung dalam bisnis aluminium, kaca, dan gypsum, saya berusaha juga dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Tak ada kata berat apabila kita menjalaninya dengan suka hati, mungkin itulah yang membuat saya dipercaya untuk bergiat dalam 14 organisasi.
Organisasi itu antara lain : Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), PMI Surakarta, Solo Emergency Response unit (SERU), yayasan tuna netra, panti asuhan, Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), Lions Club Solo Bengawan (LCSB).
Saya percaya apabila kita ikhlas melakukan sesuatu, Tuhanlah yang akan mengganjar dengan caraNya. Saya bersyukur menjadi seperti saat ini, ditemani pendamping hidup penuh cinta Meliana Kusyanto, anak perempuan yang cantik Wiranti Widyastuti Hadinoto, dan cucu laki-laki yang periang. serta masih dapat bermanfaat bagi orang lain. Saya selalu bersyukur menjadi Sumartono Hadinoto.